Bahaya Anemia

Bahaya Anemia untuk Kesehatan 

Lintas Generasi




Tiga beban masalah gizi [triple burden] di Indonesia yang kini menjadi perhatian yaitu stunting, wasting, obesitas, serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Anemia sebagai salah satu contoh tantangan kesehatan lintas generasi dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak, dan seterusnya.


Kita akan membahas bagaimana memutuskan mata rantai anemia ini, bersumber dari webinar berjudul "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi" yang disiarkan secara langsung di Channel Youtube "Nutrisi untuk Bangsa".

Webinar ini diselenggarakan oleh Danone Indonesia bekerjasama dengan Indonesian Nutrition Association [INA] dalam momentum peringatan Hari Gizi Nasional dengan pemateri : Dr. dr. Diana Sunardi., M.Gizi, Sp.GK [Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association] dan Arif Mujahidin [Corporate Communications Director Danone-Indonesia].



Apa itu Anemia?

Anemia merupakan suatu kondisi rendahnya kadar hemoglobin dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini menunjukan bahwa, sel darah merah pada penderita anemia memiliki kepadatan  sel yang lebih sedikit dibangkan dengan sel darah merah normal. 



Prevelensi anemia di Indonesia menurut Riskesdes tahun 2013 masih tinggi. Untuk balita laki-laki maupun perempuan angkanya masih di atas 25%. Sama halnya dengan anak-anak remaja yang angkanya masih di atas 25%. Di wilayah Jakarta sendiri untuk balita berdasarkan penelitian Sekartini, 2005 dalam Jurnal Sari Pediatri Vol 7 No 1, masih menunjukan angka yang tinggi.



Berdasarkan Riskesdes 2018, proporsi anemia pada Ibu Hamil di tahun 2013 sebanyak 37,1% angkanya meningkat pada tahun 2018 sebanyak 48,9%.



Masalah anemia ini menjadi tantangan lintas generasi karena tidak hanya orang dewasa, tetapi remaja juga anak-anak.  Yang menjadi perhatian yakni pada Ibu hamil 37,1% kemudian pada remaja 15%  dan ini akan mempengaruhi masalah malnutrisi yaitu stunting. Angka stunting ini pada bayi dan balita masih tinggi sebesar 37,2%.


Untuk proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada balita tahun 2007-2018, angka sangat pendek sudah turun, tetapi untuk pendek masih tinggi di kisaran 19% . Pada remaja yang mengalami status gizi yang kurang baik sejak dini akan memengaruhi proses pertumbuhan selanjutnya. Pada remaja yang mengalami stunting akan beresiko mengalami hal yang sama pada masa kehamilan. 



Pertumbuhan anak dipengaruhi oleh banyak hal, seperti vitamin, protein, karbohidrat, mineral, dan kalsium, tetapi salah satu faktor penting yaitu zat besi. Zat besi inti tidak hanya untuk meningkatkan kadar Hb sel darah merah tetapi juga untuk pertumbuhannya.


Bahaya Anemia Defisiensi Besi 

Gejala yang Timbul 

  • Gejala Umum

Kelopak mata pucat, Kulit pucat, Sakit kepala, pusing, Tekanan darah rendah, dan Kelemahan otot

  • Gejala berat

Nadi cepat dan nafasnya akan menjadi cepat. Jika anemia berat dan kronis akan terjadi pembesaran limfa.

  • Gejala anemia pada Ibu Hamil

Wajah, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat, kurang nafsu makan, lesu dan lemah, cepat lelah, sering pusing, dan mata berkunang-kunang.


 Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang

  • Dampak Anemia pada Kehamilan

Infeksi, gangguan pertumbuhan pada janin, prematur, pre eklamsia, kejang pada saat melahirkan, pendarahan pasca melahirkan, bahkan dapat berlanjut lama akan menimbulkan gangguan fungsi jantung.

  • Dampak Anemia pada Anak-anak

Rewel, lemas, pusing, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk, sampai tidak aktif bergerak.

  • Dampak Jangka Panjang

Bagi orang dewasa dan anak-anak akan menurunkan daya tahan tubuh, sehingga meningkatkan infeksi, kurang konsentrasi dan kebugaran, menurunkan kinerja serta prestasi.

Lihat Juga: Anemia Defisiensi Besi pada Remaja Putri


Cara Pencegahan 

Kebutuhan zat besi dewasa dan anak-anak  Jumlahnya tidak terlalu besar. Penyebab Anemia kurangnya zat besi:

  • Asupan makanan, yang masih didominasi pangan nabati, asupan energi, protein, dan mikronutrien rendah.
  • Sakit [infeksi atau kronis]
  • Penyebab lainnya

Bahan Makanan Sumber Zat Besi:

1.   Zat besi Heme: ada banyak terkandung di dalam bahan makanan hewani, mudah diserap oleh tubuh.

2.   Zat besi Non-Heme: selalu ada di dalam bahan makanan nabati, harus diubah terlebih dahulu agar dapat diserap oleh tubuh. Asupannya akan ditingkatkan dengan bantuan bahan makanan yang mengandung asam askorbat/ vitamin C, asam sitrat, serta komponen lain dari makanan. Sedangkan Penyerapan Besi non-heme ini akan dihambat oleh serat, polifenol, fitat, kalsium, Zinc, dan tanin.  

Tabel Bahan Makanan Sumber Zat Besi dalam 100 gram bahan makanan

Hewani (Mg/100g)

Nabati (Mg/100g)

Daging ayam

1,03

Bayam

2,71

Daging sapi

2,06

Woretel

0,3

Daging domba

1,57

Kangkung

1,47

Hati ayam

8,99

Tempe

2,7

Hati sapi

4,9

Tahu

1,98

Hati domba

7,37

Kecipir

0,36

Ikan Salmon

0,38

Asparagus

2,14

 

 

Jamur

0,5

 

 

Daun Singkong

4,09

 

 

Kecipir

13,44

 

 

Kacang Buncis

1,8

 

Upaya Pemerintah dalam Penanganan Masalah Kesehatan

Pemerintah sudah mencanangkan pendekatan penanganan Anemia dan masalah gizi lainnya secara berkelanjutan:

  • Ibu Hamil: Suplementasi besi folat, PMT Ibu Hamil KEK, Penanggulangan kecacingan, Suplemen Kalsium
  • Ibu Menyusui: Promosi Menyusui/ ASI eksklusif, konseling menyusui
  • Bayi dan Balita: Pemantauan pertumbuhan, suplemen vitamin A, pemberian garam iodium, PMT/MPASI, fortifikasi besi dan kegiatan suplementasi (Taburia), Zinc untuk manajemen diare, pemberian obat cacing
  • Usia sekolah: Penjaringan, Bulan Imunisasi Anak Sekolah, PMT anak sekolah, Promosi MJAS di sekolah
  • Remaja dan Usia Produktif: Kespro remaja, Konseling Gizi, Suplemen Fe
  • Lansia: Konseling Gizi, Pelayanan Gizi Lansia


Kesehatan manusia dan planet ini saling berhubungan. Setiap kali kita makan dan minum, kita memilih dunia seperti apa yang kita tempati”. Begitulah salah satu motto  Danone terhadap pemenuhan Gizi Dunia. Untuk mewujudkan kesehatan planet ini, Danone memiliki komitmen dengan menerapkan 4 pilar:

  • Iklim

Memerangi perubahan iklim dengan menjadi perusahaan karbon netral secara penuh pada 2050.

  • Air

Melestarikan, mengoptimalkan dan berbagi mengintegrasikan pengelolaan sumber daya air, mengoptimalkan setiap tetes air yang diterima dan meningkatkan akses air bersih kepada masyarakat.

  • Ekonomi Sirkular

Mengurangi penggunaan plastik sebagai kemasan yang aman dan dapat melindungi kualitas makanan, kemasan yang mudah di daur ulang, dan 100% produk yang dapat digunakan kembali.

  • Agrikultural

Mendorong praktik pertanian generatif yang melindungi tanah, meningkatkan kesejahteraan hewan, dan memberdayakan generasi baru petani.

Program-program Edukasi Masyarakat yang telah Dilakukan Danone Indonesia:

  • Melibatkan siswa TK/PAUD dan SD, guru, orang tua, dan warga sekolah lainnya, yaitu melalui gerakan: Isi Piringku, Ayo Minum Air, Warung Anak Sehat, dan Aksi Cegah Stunting.
  • Edukasi Gizi dan Kesehatan untuk Remaja, yaitu Generasi Indonesia Sehat [GESID] yang bertujuan membangun pemahaman dan kesadaran remaja tentang kesehatan dan gizi remaja, pentingnya 1000 hari pertama kehidupan, dan pembentukan karakter. Program ini telah menjangkau 2000 siswa di 5 SMP dan 5 SMA.
  • Taman Pintar. Danone Indonesia telah mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta untuk lebih dari 1 juta pengunjung per tahun.
  • Duta 1000 Pelangi, yaitu gerakan memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta. Karyawan dilatih dan dibekali pengetahuan tentang gizi seimbang dan materi lainnya yang berkaitan dengan 1000 hari pertama kehidupan.

Kesimpulan yang dapat kita lakukan dalam mengatasi anemia sebagai tantangan kesehatan lintas generasi:

  • Pastikan asupan bergizi seimbang
  • Bila asupan didominasi sumber besi non heme pastikan dikonsumsi bersama dengan unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi
  • Memilih sumber pangan seperti tepung terigu/ beras, biskuit, atau susu pertumbuhan yang terfortifikasi.
  • Mematuhi konsumsi tablet tambah darah

Sekian tulisan mengenai Anemia ini, semoga bermanfaat ^ ^



Bahaya Anemia Bahaya Anemia Reviewed by Siti Dianur Hasanah on February 21, 2021 Rating: 5

No comments

Advertisement