Lembaga Budi - Prof. H. Hamka



 

Judul                  : Lembaga Budi
Pengarang         : Prof. H. Hamka
Penerbit             : Republika Penerbit
Jumlah halaman: 206 + x, Cetakan II April 2016

Bangsa yang maju akan menimbulkan bahasa yang maju pula. Tegak rumah karena sendi, runtuh sendi rumah binasa. Sendi bangsa ialah budi, runtuh budi runtuhlah bangsa. Satu bangsa terkenal lantaran budinya. Budinya hilang akan menyebabkan bangsa itu menjadi hilang pula.
Betapa pentingnya menegakkan budi. Di buku keempat seri Mutiara Falsafah Buya Hamka ini, Buya Hamka menguraikan beragama budi yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap manusia yang mendamba kebahagiaan, kesuksesan, dan kemuliaan sejati.  Diawali dengan penjelasan seputar budi yang mulia, lalu ada sebab budi menjadi rusak, dilanjutkan dengan pembahasan ragam budi berdasarkan profesi seperti: pendiri perusahaan, pemimpin, pedagang, pelajar, dan penulis. Ditutup dengan 99 kutipan berisi renungan-renungan seputar budi.
Manusia dengan binatang maupun makhluk lain sangatlah berbeda, karena manusia mempunyai akal pikiran untuk melakukan segala tindakannya. Segala gerak-gerik dilaukan dari dalam bukan dari luar, sedangkan binatang sendiri hanya berdasarkan instingnya.
Allah memberi kita pahala semata-mata karena karunia, sedangkan Allah memberi kita siksa semata-mata karena keadilan.  Budi menjadi rusak karena lantaran sempitnya tempat manusia, tempat manusia tegak dalam hidupnya. Orang yang sempit lapangan hidupnya menjadikan kurangnya kepedulian terhadap orang lain. Orang tersebut memandang kemaslahatan dirinya sendiri lebih utama dibandingkan kemaslahatan umat. Janganlah memandang dari kesalahannya saja melainkan harus diselidiki timbulnya kesalahan tersebut. Cara memperbaiki kerusakan akhlak yaitu dengan dua cara, yang pertama dengan menjaga masyarakatnya dan yang kedua dengan ancaman berupa hukuman.
Menurut Muskawaih, pengobatan badan ada dua tujuan untuk memelihara kesehatan dan mengembalikan kesehatan. Sedangkan menurut Muhyiddin menghitung beberapa penyakit budi yang berjumlah 17, yaitu Fujur, Syarah Tabazzul, Safah, Kharq, Qasawah, Khadar, Khianat, Membuka rahasia, takabbur, khabats, bakhil, Jubun, Hasad, Jaza’, Shaghirul Himmah, dan  Al Jazur. Ibnu Hazm mengatakan bahwa “Orang yang berakal yang tahu dimana kekurangan dirinya dan berusaha memperbaikinya”. Ibnu Hazm, seorang filosof (Madzhab Ahli Zahir) mengungkapkan bahwa orang yang berakal tahu dimana kekurangan dirinya dan berusaha memperbaikinya.
 “Prinsip yang ditegakkan untuk jadi saudagar, yakni tidak bersenang hati memberikan suatu barang dengan jalan tipu, sebab diri sendiri pun tidak mau ditipu orang!” Sementara untuk guru diuraikan, “Guru yang mendapat sukses di dalam pekerjaannya dan mendidik muridnya mencapai kemajuan, ialah guru yang tidak hanya mencukupkan ilmunya dari sekolah guru saja, tetapi diperluasnya pengalaman dan bacaan.” Sedangkan untuk penguasa, “Perbaikilah persangkaan kepada Allah. Karena dengan baik sangka itulah akan dapat engkau kemudikan rakyatmu. Berwasilahlah (adakan hubungan) dengan Allah dalam segala pekerjaan yang besar, supaya nikmat-Nya kekal atas dirimu. Budi dalam membangun perusahaan, yaitu harus mempunyai ilmu, percaya pada diri sendiri, punya kemauan yang keras, manajemen waktu, fokuskan perhatian pada perusahaan, jujur dan amanah, penjagaan kualitas, pemenuhan keinginan orang banyak, advertensi dan promosi, dan pintar meneladani setiap hal. Pintar meneladani ini merupakan tiang perusahaan, dan pohonnya itu adalah budi. Bagi pengarang yang baik adalah senantiasa jujur dalam menyampaikan karyanya dan percaya diri pada apa yang telah menjadi karyanya.
Hal yang membuat saya selalu terngiang-ngiang ketika ingat buku ini adalah pesan-pesan pada 99 kutipan seputar renungan budi, diantaranya :
Bahwasannya kita sebagai manusia yang berbudi harus menerapkan perilaku jujur dalam kehidupan dan tindakan kita sehari-hari. Jujur ini mencerminkan kecantikan pada setiap perempuan dan cakap bagi laki-laki. Kita selaku manusia berbudi tidak boleh merasa takut akan kegagalan, karena dari situ kita tau kelemahan kita. Selain itu, berbagai pengetahuan dan pengalaman dapat kita petik dari kegaagalan itu.
Lembaga Budi - Prof. H. Hamka Lembaga Budi - Prof. H. Hamka Reviewed by Siti Dianur Hasanah on October 10, 2017 Rating: 5

No comments

Advertisement